-->

Cara Mengatur dan Mengekspresikan Kemarahan

 Moveondong.com Kamu mungkin setuju bahwa masalah kemarahan adalah hal yang lazim di dunia saat ini. Kita tidak perlu melihat jauh untuk melihat tragedi sistemik dan masalah sosial lain dari kemarahan yang tidak terkendali di berita atau di media sosial. Tetapi yang ;ebih sederhana kita bisa melihat kemarahan juga mempengaruhi kehidupan pribadi kita: pasangan yang suka berdebat, orang tua yang terlau reaktif, kesal dan stres di tempat kerja, dan yang lain sebagainya. Perhaps, you’re feeling more angry than usual yourself!.

Tapi bagaimana cara  mengekspresikan kemarahan dengan elegan namun tegas? Seperti apakah kemarahan yang sehat atau adaptif sebenarnya? Dan bagaimana cara  menenangkan diri dengan penuh kasih dan mengekspresikan kemarahan secara produktif?



Memahami Kemarahanmu dan Definisi Kemarahan

Pertama-tama mari kita jelajahi apa itu kemarahan sebelum mengetahui bagaimana cara menenangkan diri atau bagaimana cara melepaskan amarah dalam dirimu.

Emosi adalah energi yang bergerak saat kita memproses dan menafsirkan pengalaman kita. Energi ini mengharuskan kita untuk merasakan, menafsirkan, memproses, dan mengatur mereka untuk merespons dengan tepat. Emosi bisa ringan atau sangat kuat.

Kemarahan adalah emosi primer dan adaptif. Seperti semua emosi primer, emosi memiliki fungsi dan tujuan vital: untuk memberi sinyal kepada kita ketika kita merasa terancam secara emosional atau fisik atau batasan kita dilanggar. Ini berfungsi untuk membantu kita memahami ketika kita merasa tidak aman, tujuan kita digagalkan, atau kita (atau seseorang yang kita sayangi) dianiaya. Emosi ini mendorong kita untuk mengambil tindakan untuk merawat diri sendiri dan orang lain.


Terkadang, saat kamu diliputi kemarahan yang kamu rasakan adalah sedikit frustrasi, sebuah rasa yang mudah untuk disingkirkan hanya dengan mengalihkan pikiran sejenak. Namun, jika kita berulang kali menghindari tanpa mengatasinya, emosi singkat ini dapat mendorongmu dan bisa meledak pada saat tak terduga. Ketika kamu mengabaikan apa yang menandakan kemarahan kita yang sehat kepada kita, kemarahan itu akan semakin keras sehingga kita akan bertindak. Kemudian reaksi spontan kita terhadap orang dan pengalaman bisa tampak tak terduga, meskipun berkali-kali, gejala letusan telah muncul untuk sementara waktu.


Semakin kuat dan semakin intens kemarahan, semakin sulit untuk dimodulasi, tetapi biasanya tidak dimulai dengan kuat. Banyak orang belum belajar mengatur kemarahan sebagian karena mereka menunggu terlalu lama untuk mendengarkannya.


Kemarahan bisa menjadi buruk karena sering diungkapkan dengan cara yang tidak sehat atau maladaptif, seperti mengarahkan kemarahan pada seseorang dengan menyakitkan seperti berteriak, memukul atau melempar barang




Ada banyak bentuk  kemarahan: frustrasi, iritasi, kecemasan, kebencian, agresi (atau penindasan), kemarahan, dll. Dan ada banyak cara untuk mengekspresikan kemarahan, baik secara sehat maupun tidak sehat.

Berikut adalah beberapa cara umum namun sebenanrnya tidak membantu orang mengekspresikan kemarahan secara sehat:

  • Menyalahkan seseorang
  • Meneriaki pasangan 
  • Melempar dan pecahkan piring
  • Menendang peliharaan mereka
  • Mengemudi dengan tidak aman 
  • Mengonsumsi zat adiktif dan alkohol
  • Pergi berbelanja denganmembabi buta dan menumpuk hutang
  • Menyakiti orang atau diri sendiri secara fisik

Banyak orang merasa sangat malu karena ekspresi kemarahan yang tidak pantas, yang hanya menambah tantangan untuk mengakui dan memproses emosi ini. Ketika kita mempermalukan diri sendiri karena merasa marah sejak awal, menjadi jauh lebih sulit untuk menerima dan menerima pelajaran yang diajarkan kepada kita.


Cara Berlatih Mengendalikan Diri

Setelah intensitas kemarahan mereda, penting juga untuk mengetahui kemarahan kita. Periksa dengan dirmu sendiri dan tentukan kemungkinan pemicunya. Dengan lembut tanyakan pada dirimu pertanyaan tentang apa yang mungkin memicu emosi:


Kemungkinan pertanyaan:


“Apakah aku lapar?” (Ya, gula darah rendah dapat meningkatkan kemarahan.)

"Apakah aku merasa tidak berdaya?"

"Mungkinkah aku melindungi diriku dari rasa sakit hati?"

“Apakah saya merasa tidak dihargai?”

"Apakah saya merasa tidak aman dalam beberapa hal?"

"Apakah kurangnya rasa aman itu nyata, atau apakah persepsi saya tentang situasi itu dilebih-lebihkan?"

Terkadang kemarahan bisa menjadi pengalaman yang menghadirkan emosi yang sehat, dan di lain waktu, rasa sakit masa lalu kita yang belum terselesaikan bisa menjadi batu sandungan dalam perjalanan hidup kita.



Berlangganan update artikel terbaru via email:

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel