Penerimaaan Diri Sebagai Seorang Lesbian
Moveondong.com Meskipun tidak sederhana, namun haruslah di pahami bahwa fenomena lesbian merupakan sebuah bagian dari kehidupan, bukan hanya masalah diterima atau tidak diterima, melainkan banyak problematika yang masih coba diselesaikan dengan baik oleh lesbian.
Diri lesbian membutuhkan proses mengetahui dan memahami setiap konsep yang terkait dengan dirinya.
Pengetahuan akan seksualitas, tubuh, penerimaan diri,
eksistensi diri dan mengembangkan diri dalam kehidupan adalah sebuah perjalanan panjang yang tetap terus dilakukan.
Dalam setiap dinamika yang dilalui oleh seorang lesbian, pasti menghadirkan banyak hal yang dapat menjadi sebuah loncatan untuk mencapai kesadaran.
Dimana dengan kesadaran diri tersebut seorang lesbian akan mampu menentukan pilihan dan keputusan akan dirinya. Prosesnya terus berkembang dan berjalan, dengan refleksi panjang dari setiap pengalaman kehidupannnya, maka dia akan terus berkembang, menjadi diri yang dia inginkan.
Kali ini Moveondong.com akan memaparkan fakta empiris tentang proses dan dinamika diri seorang lesbian mencapai pada sebuah tahapan penerimaan diri dan cara membangun eksitensi dirinya.
Bagaimana pengetahuan yang dimiliki seorang lesbian dapat menjadi modal awal dalam proses eksistensi dirinya. Ada beberapa konsep yang akan membantu dalam memahami bagaimana proses eksistensi diri seorang lesbian dicapai
1 Aku adalah Diriku
Eksistensi diri seorang lesbian, bukan merupakan proses perjalanan pencapaian material dan pengakuan saja, melainkan lebih pada nilai atas dirinya. Proses pencapaian atas nilai manusia bisa digambarkan dengan bagaimana diri seorang lesbian haruslah didefinisikan oleh dirinya sendiri, bukan oleh konsep yang dipahami orang lain.
Pandangan kritis yang diperlukan untuk memahami bahwa lesbian ada untuk dirinya sendiri,
seseorang lesbian menyadari bahwa tubuh dan pilihan atas hidupnya adalah bagian dari ke-Aku-annya
diidentifikasikan oleh dirinya, bahwa tubuh dan pilihannya adalah bagian dari dirinya bukan bagian tubuh atau pilihan orang lain.
Kita dapat melihat bagaimana orang lain, atau masyarakat sosial selalu memahami bahwa pilihan atas diri bahkan tubuh seorang lesbian dapat mereka identifikasikan menurut apa yang mereka yakini dan pahami, Sehingga “Aku” lesbian tidak mampu menunjukkan ke-Aku-annya dalam proses kehidupan yang dijalaninya.
Dengan demikian “Aku” masih menjadi sebuah kuasa atas Aku. Dimana Aku (sosial) mendefinisikan “Aku” (lesbian) sebagai yang lain.
Bukan merupakan diri yang secara sadar dapat mendefinisikan dirinya dengan kebebasannya.
Dalam pencapaian eksistensi lesbian yang penuh dengan nilai dan makna akan mengalami hambatan ketika lesbian masih dianggap sebagai object,
yang masih menjadi obyek definisi dan nilai oleh konstruksi sosial masyarakat saat ini. Pemahaman yang berkembang di masyarakat atas tubuh, seks, gender dan seksualitas yang utuh belum menjadi sebuah budaya yang dapat dideskonstruksikan untuk memahami dan menghargai apa yang ada pada diri orang lain. Bahwasanya mendefinisikan diri atas tubuh, seks, gender dan seksualitas adalah sebuah kesadaran yang ada dalam Aku dan dimiliki oleh masing-masing dari diri.
Sehingga muncul satu rangkaian yang penting, bahwa pemahaman atas tubuh, seks, gender dan seksualitas adalah penting.
Pemahaman yang berkembang di masyarakat atas tubuh, seks, gender dan seksualitas yang utuh belum menjadi sebuah budaya yang dapat dideskonstruksikan
Dengan pemahaman tersebut, seorang lesbian akan mampu memahami dan menyadari tentang orientasi penuh atas tubuh dan dirinya. Sehingga kemudian akan muncul kesadaran dan kekritisan pada diri
Dan untuk menganalisis dan merefleksikan tentang makna atas eksistensi diri sebagai Aku lesbian, bukan Aku sosial.
Pola pendidikan kritis akan membantu seorang lesbian dalam menyadari dan memahami orientasi atas tubuh dan dirinya sendiri dalam proses penerimaan diri.
Pengungkapan AKU
Pembebasan diri serta pengungkapan atas dogma dan nilai yang dilebelkan pada lesbian adalah sebuah proses berat bagi seorang lesbian.Namun seberapa beratnya proses tersebut, akan terus dijalani sampai pada titik dimana seorang lesbian menyadari dirinya sebagai manusia yang memiliki hak atas kehidupannya. Nilai tertinggi dari segala aspek kehidupan dalam diri seorang manusia bukan hanya nilai material saja, melainkan nilai spiritual dan ideology dalam hidupnya.
Penerimaan diri dalam hidup seorang lesbian maupun heteroseksual membutuhkan proses yang berbeda dari masing-masing individu. Membutuhkan kesabaran diri, analisis dan reflesi atas setiap pikiran dan tindakan. Dibawah ini akan menceritakan sebuah proses perjalanan panjang seorang lesbian, dengan proses perjalanan panjang kehidupannya sampai pada titik dimana terdapat sebuah kesadarn akan nilai dirinya, bukan hanya untuk diri sendiri, tetapi juga untuk menghargai dan menjadi seseorang yang memiliki nilai dan berguna untuk orang lain.