-->

Penyebab Perceraian Meningkat Di Era Modern

Moveondong.com Perceraian menjadi salah satu hal yang sebenarnya paling tidak diinginkan oleh pasangan suami istri. Setiap masalah yang ada sebaiknya dicari jalan keluar lain selain perceraian.

Namun kadang-kadang, kondisi semacam ini pun sulit untuk didiamkan atau dihindari begitu saja. Dengan demikian, perceraian kerap dipilih sebagai jalan keluarnya.


Apa saja ya sebenarnya hal-hal yang menjadi alasan di balik perceraian di era modern? Berikut moveondong.com rangkum informasinya :

1. Masalah ekonomi



Tuntutan ekonomi kerap menjadi salah satu penyebab perceraian banyak terjadi. Salah satunya yang sering terjadi yakni ketika kebutuhan dalam rumah tangga tidak dapat dipenuhi dengan baik.

Kebutuhan bulanan seperti untuk makan sehari-hari dan kebutuhan sekolah anak sering menjadi penyebab masalah ekonomi pada keluarga.


Bahkan tidak hanya pada keluarga dalam kategori ekonomi rendah lho, Ma. Pertengkaran dan perceraian akibat masalah ekonomi juga bisa terjadi pada pasangan suami istri yang sudah mapan, ketika keuangan tidak bisa diatur dengan baik. Biasanya akibat dari gaya hidup berlebihan dan manajemen keuangan yang buruk.

Oleh sebab itu, diperlukan berbagai upaya untuk sama-sama bisa mengatur keuangan adalam rumah tangga supaya lebih terkendali. Tidak lupa juga untuk selalu membuat anggaran, menyisihkan sebagian untuk ditabung dan hindari pengeluaran berlebihan.

Jika memang masalah ekonomi sudah benar-benar mengganggu keharmonisan rumah tangga, tidak ada salahnya juga untuk melakukan konsultasi dengan pakar konsultasi keuangan.

Dengan demikian, bisa ditemukan jalan keluar terbaik tanpa perlu ada pertengkaran dan bahkan perceraian.

2. Perbedaan prinsip


Meski terdengar klise, tetapi perbedaan prinsip juga kerap menjadi alasan di balik perceraian. Mulai dari perbedaan keyakinan, perbedaan prinsip hidup dan status sosial.

Terlebih jika masalah sudah terjadi dalam waktu lama, toleransi dan kesepakatan menjadi hal yang sulit diambil.

Salah satu pemicu perceraian yang cukup banyak terjadi adalah ketika ada perbedaan keyakinan. Misalnya dulu menikah dalam kondisi berbeda keyakinan atau salah satu berpindah keyakinan untuk bisa menikah.

Jika tidak bisa dijalani dengan sepenuh hati, di kemudian hari hal-hal seperti ini juga bisa memicu pertengkaran dan bahkan perceraian. Terutama jika masih ada ikut campur dari pihak keluarga, khususnya orang tua.

Diperlukan pembicaraan yang lebih tenang antara Papa dan Mama jika sampai menghadapi masalah seperti ini, jika perlu didampingi oleh pihak ketiga yang bersifat netral.

Selama masih ada rasa toleransi dan saling memahami, perbedaan bukanlah suatu masalah yang harus sampai memicu perpisahan.



3. Perselingkuhan


Setiap orang tentu tidak ingin ada masalah perselingkuhan dalam hubungan rumah tangganya, apalagi sampai harus berakhir pada perceraian. Tetapi rasa sakit hati dan emosi terkait perselingkuhan seringkali tidak bisa ditoleransi.

Seperti dikutip dari Mayo Clinic, perselingkuhan dapat terjadi akibat beberapa faktor. Di antaranya seperti kurangnya kasih sayang, kurang peduli, masalah komunikasi, masalah kesehatan fisik, masalah kesehatan mental, hingga adanya masalah dalam pernikahan yang tidak terselesaikan.

Memulihkan diri dari rasa sakit hati akibat perselingkuhan akan menjadi salah satu hal yang dirasa paling sulit, namun tidak mustahil. Namun ketika ada keinginan untuk  membangun kembali rasa percaya, mengakui kesalahan, belajar memaafkan dan memperjuangkan sebuah hubungan pernikahan, semua masalah terkait perselingkuhan bisa teratasi.

Jika perlu, carilah masukan dari konselor yang berspesialisasi dalam terapi pernikahan. Dengan demikian, perceraian bisa dicegah dan masalah bisa terselesaikan dengan baik.

4. Kekerasan dalam rumah tangga


Kekerasan dalam rumah tangga (KDRT) juga menjadi salah satu penyebab perceraian yang banyak terjadi. Yang lebih sering, kondisi ini dialami oleh pihak perempuan yakni istri.

Selain kekerasan fisik, KDRT juga bisa terjadi dalam bentuk kekerasan verbal, Ma. Ini berarti sering ada pertengkaran yang berujung pada ucapan kasar atau intimidasi pada istri.

Jika terjadi terus-menerus, situasi seperti ini juga memicu tekanan dan bahkan depresi. Bukan tidak mungkin, perceraian pun dianggap sebagai solusi untuk menyelesaikannya.

Untuk menghadapi kasus KDRT, seringkali diperlukan bantuan dari pihak ketiga. Dengan demikian, masalah KDRT bisa diatasi dengan pembicaraan yang baik.

5. Terlalu sibuk dengan media sosial


Dalam era modern seperti saat ini, sibuk dengan teknologi dan media sosial juga bisa memicu ketidakharmonisan dalam kehidupan rumah tangga lho, Ma. Misalnya karena kurangnya kepercayaan, banyak prasangka buruk dan rasa curiga.

Kondisi ini sangat mungkin terjadi ketika Mama atau Papa terlalu banyak bermain media sosial tanpa memedulikan kondisi atau masalah di sekitar. Lama-kelamaan hal ini juga bisa membuat masalah baru.

Ketidakharmonisan seperti ini juga bisa mengurangi rasa percaya pada pasangan. Sehingga komunikasi tidak lagi berjalan lancar dan kerap memicu pertengkaran.

Untuk mencegah hal-hal seperti ini terjadi, cobalah untuk lebih menghargai pasangan. Hindari berlebihan bermain gadget atau media sosial, terutama saat sedang berdua pasangan atau saat sudah berada di rumah. Habiskan waktu untuk benar-benar berbicara dengan pasangan.

Hindari juga kebiasaan curhat di media sosial karena bisa memicu perhatian dari pihak lain yang kemudian berisiko menjadi jalan perselingkuhan dan merusak kepercayaan dari pasangan.

Nah,Yuk mulai banyak berkomunikasi dan berdiskusi dengan pasangan, cari jalan keluar terbaik pada setiap masalah yang ada, sehingga perceraian tidak selalu dijadikan sebagai solusi utama. Sayangi pasangan untuk bisa mengembalikan keharmonisan dalam rumah tangga

Berlangganan update artikel terbaru via email:

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel